ASAL USUL WARGA LAMPUNG
Asal usul suku Lampung adalah berasal dari Sekala Berak/Brak yang
terletak di di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau sekarang
didaerah Kabupaten Lampung Barat. Dari Sekala Brak ini suku Lampung
menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran way atau sungai yaitu
way komering, way kanan, way semangka, way seputih, way sekampung dan
way tulang bawang beserta anak sungai yang ada.
Kata Lampung berasal dari kata anjak lambung yang artinya berasal dari
ketinggian atau atas. Hal ini dikarenakan moyang suku lampung
pertamakali bermukim menempati dataran tinggi sekala brak/berak dilereng
gunung pesagi. Dilereng gunung pesagi ini banyak didapati situs seperti
batu bekas negeri, pelataran peradilan serta prasasti yang terpahat
pada batuan. Disamping itu dirimba-rimba juga ditemukan parit dan jalan
bekas jaman hindu dan lain-lain. Berdasarkan tafsiran para ahli
purbakala seperti Groenevelt, LC Westernenk dan Helifich dalam
menghubungkan bukti-bukti sejarah yang ada memberikan pendapat yang
berbeda-beda. Namun secara garis besar didapat benang merah dan kesamaan
dan acuan tidak diragukan lagi bahwa sekala brak/berak merupakan cikal
bakal suku Lampung yang ada sekarang.
Daerah sekala brak/berak pada awalnya telah dihuni oleh sekelompok orang
suku bangsa Tumi yang menganut paham animisme. Berdasarkan prasasti
yang terpahat pada batuan yang bertarikh 966 saka yang terdapat di
tenuar Liwa ternyata Bangsa Tumi telah menjadi penghuni wilayah Lampung.
Tidak jelas
angka tahunnya brangkatlah empat putera raja Pagar Ruyung ke sekala
brak untuk menyebarkan agama Islam. Keempat putra raja tersebut antara
lain :
- Umpu Berjalan diway/Indagh Gajah.
- Empu Belunguh/Belunguh.
- Umpu Nyerupa/Sikin.
- Umpu Pernong/Paklang
Setibanya di sekala brak mereka menemui seorang muli yang bernama
indarwati bergelar Si Bulan. Keempat umpu ini mendirikan sebuah
perserikatan dengan nama Paksi Pak, artinya empat serangkai atau empat
sepakat. Mereka mempengaruhi suku Bangsa Tumi agar memeluk agama Islam.
Sejak saat itu berkembanglah agama Islam di Sekala Brak. Sedangkan
penduduk yang belum memeluk agama Islam meninggalkan sekala brak menuju
Krui, ke Palembang dan sebagian ke pulau Jawa.
Setelah dataran sekala brak dikuasai oleh empat Umpu dan si
Bulan/Indarwati maka selanjutnya daerah ini diperintah oleh empat Umpu
dengan nama Paksi Pak. Paksi Pak kemudian membagi daerah sekala brak
menjadi empat marga atau kebuaian antara lain :
- Umpu Berjalan Diway memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Kota Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Berjalan Diway.
- Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Kota Negeri Kenali, daerah ini dinamakan Paksi Buay Belunguh.
- Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa.
- Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Kota Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong.
Sedangkan Indarwati/si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring, namun si
Bulan meninggalkan sekala brak menuju daerah arah matahari hidup/terbit
dan selanjutnya daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay
Pernong yang letaknya berdekatan.
Pembagian Wilayah Marga.
Untuk menghindari agar tidak terjadi perselisihan antar marga atau
kebuaiyan maka oleh Umpu Berjalan Di Way diadakan pembagian wilayah
sekitar abat ke VII antara lain :
Wilayah kekuasaan Paksi Pak Sekala Brak, meliputi
- Way Selalau
- Way Belunguh
- Way Kenali
- Way Kamal
- Way Kandang Besi
- Way Semuong
- Way Sukau
- Way Ranau
- Way Liwa
- Way Krui
- Way Semaka
- Way Tutung
- Way Jelai
- Way Benawang
- Way Ngarip
- Way Wonosobo
- Way Ilahan
- Way Kawor Gading
- Way Haru
- Way Tanjung Kejang
- Way Tanjung Setia
Wilayah Kekuasaan Melinting meliputi :
- Way Maringgai
- Way Kalianda
- Way Harong
- Way Palas
- Way Jabung
- Way tulung Pasik
- Way Jepara
- Way Kambas
- Way Ketapang
- Way Limau
- Way Badak
- Way Pertiwi
- Way Putih Doh
- Way Kedondong
- Way Bandar Pasir
- Way Punduh
- Way Pidada
- Way Batu Regak
- Way Berak
- Way Kulumbayan
- Way Peniangan
Wilayah Kekuasaan Pubiyan Telu Suku meliputi :
- Way Pubian
- Way Tebu
- Way Ratai
- Way Seputih
- Way Balau
- Way Penindingan
- Way Semah
- Way Salak Berak
- Way Kupang Teba
- Way Bulok
- Way Latayan
- Way Waya
- Way Samang
- Way Layap
- Way Pengubuan
- Way Sungi Sengok
- Way Peraduan
- Way Batu Betangkup
- Way Selom
- Way Heni
- Way Naningan
Wilayah Sungkai Bungo Mayang meliputi
- Way Sungkai
- Way Malinai
- Way Tapus
- Way Ulok Buntok
- Way Tapal Badak
- Way Kujau
- Way Surang
- Way Kistang
- Way Raman Gunung
- Way Rantau Tijang
- Way Tulung Selasih
- Way Tulung Biuk
- Way Tulung Maus
- Way Tulung Circah
- Way Tulung Hinduk
- Way Tulung Mengundang
- Way Kubu Hitu
- Way Pengacaran
- Way Cercah
- Way Pematang Hening
Wilayah Kekuasaan Buai Lima Way Kanan meliputi
- Way Umpu
- Way Besay
- Way Jelabat
- Way Sunsang
- Way Putih Kanan
- Way Pengubuan Kanan
- Way Giham
- Way Petay
- Way Hitam
- Way Dingin
- Way Napalan
- Way Gilas
- Way Bujuk
- Way Tuba
- Way Baru
- Way Tenong
- Way Kistang
- Way Panting Kelikik
- Way Kabau
- Way Kelom
- Way Peti
Wilayah Kekuasaan Abung Siwo Mego meliputi
- Way Abung
- Way Sesau
- Way Kunyalan
- Way Sabu
- Way Kulur
- Way Kumpa
- Way Bangik
- Way Babak
- Way Tulung Balak
- Way Galing
- Way Cepus
- Way MuaraToping
- Way Terusan Nunyai
- Way Banyu Urip
- Way Candi Sungi
- Way Tulung Pius
- Way Umban
- Way Guring
Wilayah Kekuasaan Mego Pak Tulang Bawang meliputi :
- Way Rarem
- Way Gedong Aji
- Way Penumangan
- Way Panarangan
- Way Ujung Gunung
- Way Nunyik
- Wy Lebuh Dalom
- Way Gunung Tukang
- Way Pagar Dewa
- Way Rawa Panjang
- Way Rawa Cokor
- Way Tulung Balida
- Way Karta
- Way Gunung Katun
- Way Malai
- Way Krisi
Keratuan Di lampung.
Di Lampung terdapat lima keratuan yang mengakui kesultanan Banten
sebagai penguasa tertinggi. Kelima keratuan tersebut antara lain :
- Keratuan Di Puncak yang dipimpin oleh Indogh Gajah yang berpusat di Canguk Rancak Way Rarem.
- Keratuan Balau yang dipimpin oleh Belunguh yang berpusat di Way Mincang.
- Keratuan Pugung yang dipimpin oleh Ratu Pugung yang berkuasa di Labuhan Maringgai dan Jabung.
- Keratuan Darah Putih yang dipimpin oleh Ratu Darah Putih yang berpusat di Kuripan Kalianda.
(sumber : Buku Kamus bahasa Lampung-Indonesa,Abdullah S.Pd dkk,CV Setiaji,cetakan 1 th 2008)
Bukti-Bukti bahwa wilayah Lampung dibawah kekuasaan Kesultanan Banten antara lain :
- Banyak masyarakat Lampung yang berasal dari Banten.
- Gelar adat seperti Punggawa,Pangeran Temenggung, Ngabihi, Raden,Dalom, minak dan atribut-atributnya seperti payung sabuk, tumbak, punduk, kawai dadar, merupakan pengaruh dari Banten.
- Ditemukannya perjanjian antara Lampung dan Banten berbentuk piagam terbuat dari tembaga di rumah kerabat Raden Intan di Kuripan Lampung Selatan.
- Piagam Bojong (buk dalung)yang ditulis dengan huruf Arab berbahasa Banten berukuran panjang 37 cm lebar 24,5 cm dan tebal 5,5mm. Piagam ini ditemukan di desa Bojong kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur, yang berangka tahun 1102 hijriyah atau tahun 1691 masehi dalam masa pemerintahan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin tahun 1690-1733.
- Piagam Sukau yang ditemukan di daerah Sukau Balik Bukit Lampung Barat. Piagam ini ditulis dengan aksara Lampung dan berbahasa Banten, berangka tahun 1104 H atau tahun 1694 M.
- Peninggalan sejarah berbentuk lawang kuri di desa Gedong Wani kecamatan Marga Tiga Lampung Timur.
- Sampai sekarang masih terdapat perkampungan orang Lampung di daerah Cikoneng Banten.
Beberapa pendapat mengenai asal usul (nama) ulun Lampung.
- Catatan musafir Tiongkok yang bernama I Tsing pada abat VII pernah mengunjungi Indonesia kemudian diperkuat yang dikemukan oleh Hilaman Hadikusuma bahwa Lampung itu berasal dari kata To lang po hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja sedangkan Lang-p0-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi To Lang-po-hwang berarti orang Lampung.
- Dr. R Boesma dalam bukunya De Lampungsche Dikstricten (1916) menyebutkan Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran) dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal.
- Legenda daerah Tapanuli menyeritakan bahwa pada zaman dahulu meletus gunung berapi yang menimbulkan Danau Toba. Ketika gunung itu meletus ada empat orang bersaudara berusaha menyelamatkan diri. Salah satu dari empat saudara itu bernama Ompung Silamponga terdampar di Krui Lampung Barat. Ompung Silamponga kemudian naik ke dataran tinggi belalau atau Sekala Brak. Dari atas bukit itu terhampar pemandangan luas dan menawan seperti daerah yang terapung . Dengan perasaan kagum maka Ompung Silaponga berteriak dengan keras meneriakan kata Lappung (berasal dari bahasa Tapanuli kuno yang berarti terapung atau luas). Dari kata ini kata Lampung berasal, ada juga yang berpendapat kata Lampung beasal dari nama Ompung Silaponga.
- Hasil penelitian siswa sekolah Thawalib Padang Panjang tahun 1938 tentang asal usul ulun Lampung. Dalam cerita Cindur Mato yang berhubungan juga dengan cerita rakyat Lampung disebutkan bahwa suatu ketika Pagaruyung diserang musuh dari India. Penduduk mengalami kekalahan. Kemudian mereka melarikan diri, ada yang melalui sungai rokan, sebagian melalui dan terdampar di hulu sungai ketaun di Bengkulu lalu menurunkan suku Rejang. Yang lari kearah utara menurunkan suku Batak, dan yang terdampar di Gowa Sulawesi Selatan menurunkan suku Bugis. Sedangkan yang terdampar di Krui, lalu menyebar di dataran tinggi Sekala brak Lampung Barat. Mereka inilah yang menurunkan suku Lampung.
Bahasa Lampung.
Bahasa Lampung yang dipakai dalam kehidupan sehari-harinya digolongkan menjadi dua dialek yaitu :
- Dialek “nyo” atau dialek O
- Dialek “api” atau dialek A
Dialek O atau dialek nyo meliputi Abung, Sungkai,Tulang Bawang Atas,
Melinting, Kota Bumi, menggala, Sedangkan dialek api atau dialek A
meliputi daerah Krui, Way Lima, Kota Agung, Talang Padang, Pubian dan
Kalianda. Daerah Jabung khususnya Jabung, Negara Batin, Negara Saka dan
Bungkuk menurut penilaian penulis dari bahasa yang digunakan
sehari-hari banyak menggunakan dialek Api/O, walaupun dalam
pengelompokan saat ini Jabung termasuk dialek O/nyo. Kenyataannya dalam
kehidupan sehari hari empat desa tersebut menggunakan dialek api/o, yang
seharusnya dialek api atau dialek A dan dialek O atau nyo. (sumber :
Buku Selayang Pandang Lampung, Giarto, Intan Pariwara,2008)
Adat Istiadat Lampung.
Secara umum adat masyarakat Lampung terbagi dalam dua yaitu masyarakat
adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung sebatin.
Masyarakat adat Lampung Pepadun.
Masyarakat adat Lampung Pepadun meliputi :
- Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uan, Anak Tuha, Kunang, Beliuk, Selagai dan Nyerupa). Masyarakat Abung ini meliputi wilayah adat Kota Bumi, Seputih Timur, Sukadana, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.
- Mego Pak Tulang Bawang (Puyang Umpu,Puyang Bulan,Puyang Aji, dan Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulang Bawang meliputi empat wilayah adat antara lain Menggala, Mesuji, Panaragan dan Wiralaga.
- Pubian telu suku (Minak Patih Tuha atau suku masyarakat, Minak Demang Lanca atau suku Tambapupus, Minak Handak Ulu atau suku bukujadi). Masyarakat Pubian meliputi Tanjungkarang, Balau, Bukujadi,Tegineneng, Seputih Barat, Pada Ratu, Gedungtatan dan Pugung.
- Sungkay Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan raja tijang jungur. Masyarakat Sungkay Way Kanan meliputi Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Kasui.
Masyarakat Lampung Saibatin.
Masyarakat Lampung Saibatin meliputi wilayah adat Kalianda,Teluk
Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung,
Semangka, Belalau, Liwa dan Ranau. Saibatin yang juga dinamai Peminggir
karena mereka berada dipinggir pantai barat dan selatan, yang terdiri
dari Peminggir Paksi Pak yaitu Buay Belunguh, Buay Pernong, Buay Nyerupa
dan Buay Lapah Di Way.
Adat masyarakat Lampung yang mendiami wilayah adat Jabung, Negara Batin,
Negara Saka dan Bungkuk berdasarkan adat istiadat yang ada sebenarnya
tidak termasuk adat pepadun melainkan saibatin. Namun dalam pelaksanaan
adat istiadat masyarakat empat desa tersebut ada beberapa didalamnya
mirip pepadun dan juga ada yang mirip sebatin.
Sifat-sifat Ulun Lampung.
Menurut keterangan yang terdapat dalam buku Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat khusus antara lain :
a. Piil- Pusanggiri.
Artinya sifat malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri.
b. Juluk- Adok.
Artinya mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya.
c. Nemui-Nyimah.
Artinya saling mengunjungi untuk berseliturohmi serta ramah menerima tamu.
d. Nengah-Nyampur.
Artinya aktif dalam pergaulan masyarakat dan tidak individualistis.
e. Sakai-Sambaian.
Artinya gotong royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya.
Sifat-sifat orang Lampung seperti tersebut di atas dilambangkan dengan
lima kembang penghias siger pada lambang propinsi Lampung. Demikianlah
sekelumit tentang asal usul suku Lampung secara umum. Mudah-mudahan
menjadi gambaran dan pengetahuan bagi kita semua sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui asal usul suku Lampung asli
yang ada wilayah adat Sekampung Ilir/Libo.
Sumber :
jabungonline.com
Posting Komentar