Sastra
lisan adalah bentuk karya sastra yang diucapkan (ujaran/lisan) dan sering
dianggap sebagai karya sastra yang pertama. Walaupun karya sastra lisan ini
dilakukan melalu ucapan namun karya sastra itu sendiri berkutat dibidang
tulisan. Hal ini di karenakan masyarakat pada jaman dahulu belum mengenal huruf
dan tidak mempunyai sastra tertulis, tetapi mungkin memiliki tradisi lisan yang
kaya dan beragam.
Karya
sastra lisan banyak dijumpai didaerah-daerah, bahkan setiap daerah dengan
rumpun yang sama kadang memiliki bentuk sastra yang berbeda. Di Lampung sendiri
karya sastra lisan dengan jenis puisi memiliki banyak bentuk, yaitu sebagai
berikut.
1. Paradinei
/ paghadini adalah sastra lisan lampung yang fungsinya untuk menyambut tamu
dalam acara pernikahan secara adat.
2. Pepaccur
/ pepaccogh / Wawancan ialah sastra lisan lampung yang fungsinya sebagai
pemberian gelar adat pada pengantin yang disertai nasihat-nasihat pada
pengantin. Ngamai adok adalah istilah pemberian gelar pada pengantin pria,
Ngini adok adalah istilah pemberian gelar pada pengantin wanita. Pepaccur dalam
setiap bait berjumlah 4 baris
3. Pattun
/ segata / adi-adi adalah sastra lisan Lampung yang berupa nyanyian. Setiap
bait dalam segata terdiri dri 4 baris. Dan bersajak ab-ab. Sagata ada 5 macam :
a. Sagata
sanak ngebabang (pantun mengasuh anak).
Contoh.
Ayun-ayun mbuk
Ayun mbuk batang putti
Dang miwang niku adik
Guwai nyak sedih hati.
b. Sagata
bekahago/buhaga (pantun percintaan)
Contoh.
Kik niku kawai handak
Nyak kawai handak munih
Kik niku haga di nyak
Nyak haga niku munih
c. Sagata
butangguh/ betangguh (pantun salam akhir kegiatan/ pesan)
Contoh.
Tigoh ja pai tangguh sa,
Di kuti anak bai,
Dang lupa lamon bedua,
Tagan messa sai tibabai.
d. Sagata
lelagaan (pantun berolok-olok)
Contoh.
Putti tungkah di sabah,
Di uyak-uyak babui,
Nyak ngeliyak menghanai gayah,
Acak mak tughui-tughui.
e. Sagata
nyindigh (menyindir yang kurang baik)
Contoh.
Batang putti,
Tetebak di ghanglaya,
Si lapah bangik hati,
Si teppik baluk mata.
4. Bebandung
ialah sastra lisan lampung yang berisi nasihat / petuah atau ajaran yang
berkenaan dengan agama Islam. dalam setiap bait berjumlah 4 baris
5. Ringget
dikenal di lingkungan masyarakat lampung Abung, menggala, melinting – dalam
setiap bait berjumlah 6 baris. Ringget digunakan pada saat pelepasan atau
keberangkatan seorang gadis secara lamaran (ippun), keberangkatan tersebut
disebut Ittar Terang menuju tempat calon suami.
6. Pisaaan
dikenal di lingkungan masyarakat lampung pubiyan, sungkai, wai kanan. Dalam
setiap bait berjumlah 4 baris
7. Highing-highing
dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Pemanggilan jelema daya (komering).
8. Wayak
/ ngehahaddo / hahiwang dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Pesisir.
Fungsi ringget / pisaan / highing-highing / wayak / ngehahaddo / hahiwang Untuk
pengantar acara adat. pelengkap acara pelepasan pngantin wanita ke tempat
pengantin pria Pelengkap acara cangget / tarian adat Senandung pada saat menina
bobokan anak
9. Pisaan
ialah sastra lampung yang berupa tulisan fungsinya sebagai pelengkap acara
muda-mudi / jago damar / kedayok dan Pengisian waktu bersantai.
10. Hahiwang
ialah sastra lisan lampung yang berisi kesedihan.
11. Talibun
adalah sastra lisan yang berasal dari melayu, termasuk ragam puisi Lampung.
Talibun kadang-kadang berupa berbalas pantun. Setiap bait dalam talibun
berjumlah 6 baris yang bersajak abc-abc
12. Ngedio.
Pada acara begawi, biasanya mengadakan acara bujang gadis (Muli meghanai) yang
disebut Ngedio. Dalam acara ini bujang gadis bersenda gurau dan berbalas surat.
Ngedio ada dua yaitu Ngedio pebukaan (ngedio di awal begawi/hajat), Ngedio
pegubaran (ngedio di akhir acara hajat)
Sumber
:
www.infobdl.net
Posting Komentar